Monday, 15 July 2013

al-fawa'id

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699, dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu)
Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata:
“Menempuh jalan menuntut ilmu memiliki dua makna:
1. Secara hakikat, yaitu melangkahkan kaki untuk menghadiri majelis ilmu.
2. Lebih luas, yaitu menempuh berbagai cara yang mengantarkan menuju ilmu seperti menulis, menghafal, mempelajari, mengulangi, memahami, dan sebagainya.” (Risalah Waratsah Anbiya’ Syarh Hadits Abi Darda’, hlm. 12)
Di antara cara menimba ilmu yang sangat bermanfaat adalah menghimpun fawaid (faedah) yang kita dengar, lihat, baca, dan sebagainya.
Definisi Al-Fawaid
Al-Fawaid adalah bentuk jamak (plural) dari al-faidah yang secara bahasa artinya adalah setiap yang engkau dapatkan berupa ilmu, harta, dan sebagainya. (Ash-Shihah al-Jauhari, 2/521)
Adapun maksud al-Fawaid dalam pengertian para penulis kitab adalah sebuah kitab yang menghimpun beberapa masalah yang beraneka macam mutiara ilmu dan hal-hal penting yang diperoleh oleh seseorang selama perjalanan panjangnya bersama ilmu, ulama, kitab, fakta, dan sebagainya, yang tidak hanya terbatas pada satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup banyak bidang ilmu seperti: tafsir, hadits, akhlak, bahasa, syair, tarikh, kisah, fatwa, dan sebagainya. (Lihat Muqaddimah Fawaid al-Fawaid, Syaikh Ali Hasan al-Halabi, hlm. 7)
Manfaat Menghimpun Al-Fawaid
Mengetahui buah dari sebuah bidang ilmu sangatlah bermanfaat, sebab kita akan terdorong untuk lebih perhatian dan bersemangat meraihnya. Adapun manfaat menghimpun fawaid banyak sekali, di antaranya:
1. Menjaga dan Mengikat Ilmu
Tulisan sangat penting untuk menjaga ilmu, lebih meresap dalam hafalan, memudahkan kita untuk membaca ulang terutama apabila dibutuhkan, bisa dibawa ke sana kemari, dan sebagainya. Betapa seringnya seseorang yang menyepelekan sebuah faedah karena mengandalkan hafalannya seraya mengatakan: “Ah, gampang…insya Allah saya tidak lupa.” Tapi akhirnya dia lupa dan berangan-angan, aduhai seandainya dahulu dia menulisnya!
Oleh karena itu, camkanlah baik-baik nasehat Sya’bi: “Apabila engkau mendengar sesuatu, maka tulislah sekalipun di tembok.”
Imam Syafi’i rahimahullah juga bertutur: “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja.” (Diwan Syafi’i, hlm. 3)
2. Menambah Khazanah Ilmu Pengetahuan
Banyak di antara kita yang telah lama menghadiri majelis ta’lim dan banyak membaca buku atau majalah, tetapi dia merasa bahwa dia tidak memiliki kekuatan ilmu, padahal seandainya dia mau rajin mencatat masalah-masalah ilmu yang penting dalam sebuah daftar khusus, menyusunnya, kemudian dia sering membacanya berulang-ulang, niscaya dengan izin Allah dia akan merasa bahwa dirinya memiliki bahan yang cukup banyak, baik untuk menyampaikan khutbah, pengajian, tulisan, cerita, dan lainnya.
3. Barang SImpanan di Masa Tua
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid berkata: “Di antara faedah menghimpun fawaid yang paling berharga ialah ketika di saat lanjut usia dan badan telah lemah, dia akan memiliki bahan yang dapat dia nukil tanpa bersusah payah harus mencari-cari lagi.” (Hilyah Thalib, hlm. 261 -Syarh Ibnu Utsaimin).
Sebagai contoh, al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata tentang hadits Umar radhiyallahu ’anhu (tentang niat): “Saya telah meneliti jalur riwayat hadits ini dalam kitab-kitab hadits yang populer dan kitab-kitab kecil semenjak aku menuntut ilmu hadits sampai sekarang, namun saya tidak mendapatkan lebih dari seratus jalur.” (Fathul Bari, I/15)
Menarik juga ucapan Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad tentang dirinya: “Kenanganku yang paling menarik adalah buku-buku kurikulum dan buku tulisku ketika bersekolah dulu semenjak ibtidai’yyah, mutawassithah, tsanawiyyah, dan jami’ah, semuanya masih ada dalam lemariku sampai sekarang.” (AKhir kitab ar-Radd ’ala Man Kadzdzba Ahadits Shahihah ’anil Mahdi).
POTRET SALAF DALAM MENGHIMPUN AL-FAWAID (Al-Musyawwiq ila Qira’ah wa Thalibi Ilmi, oleh Ali bin Muhammad al-Imran, hlm. 121-122)
Apabila anda membaca sejarah para ulama dan bagaimana semangat mereka dalam memanfaatkan waktu dan mencatat faedah, niscaya anda akan terheran-heran!!
Berikut sekelumit contoh kabar tentang mereka:
1. Imam Bukhari yang digelari sebagai “Jabal Hifzh” (hafalannya seperti gunung), beliau bangun berkali-kali dalam satu malam untuk mencatat faedah. Berkata al-Firabri: “Pada suatu malam, saya pernah bersama Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) di rumahnya, saya menghitung dia bangun dan menyalakan lampu untuk mengingat ilmu dan mencatatnya sebanyak delapan belas kali dalam satu malam.” (Siyar A’lam Nubala, 12/404)
2. Imam Asy-Syafi’i (204 H) yang namanya tak asing lagi bagi kita. Kawannya, al-Humaidi, menceritakan bahwa dirinya tatkala di Mesir pernah keluar pada suatu malam, ternyata lampu rumah Imam Asy-Syafi’i masih menyala. Tatkala dia naik ternyata dia mendapati kertas dan alat tulis. Dia berkata: “Apa semua ini wahaiAbu Abdillah (Imam Syafi’i)?!” Beliau menjawab: “Saya teringat tentang makna suatu hadits dan saya khawatir akan hilang dariku, maka saya pun segera menyalakan lampu dan menulisnya.” (Adab Syafi’i wa Manaqibuhu, Ibnu Abi Hatim, hlm. 44-45)
3. Abul Qasim bin Ward at-Tamimi (540 H). Diceritakan oleh Ibnu Abbar al-Hafizh bahwa beliau tidak mendapatkan sebuah kitab pun kecuali dia menelaah bagian atas dan bawahnya, kalau beliau menjumpai sebuah faedah padanya maka beliau salin di kertas miliknya, sehingga terkumpul banyak sekali. (Mu’jam Ashhabi ash-Shadafhi, hlm. 25)
4. Az-Zarkasyi (794 H). Diceritakan oleh Ibnu Hajar bahwa beliau sering sekali pergi ke pasar buku, kalau dia datang ke sana menelaah di toko buku sepanjang siang, dia menulis masalah-masalah yang menarik di sebuah kertas, kemudian apabila dia pulang ke rumah dia salin ke kitab-kitab karyanya. (Ad-Durar al-Kaminah, 3/397-398)
Para ulama banyak membukukan fawaid mereka dalam kitab tersendiri. Sebut misalnya, kitab al-Funun oleh Ibnu Aqil yang merupakan kitab terbesar dalam masalah ini, Shaidhul Khathir oleh Ibnul Jauzi, Qaidul Awabid oleh ad-Daghuli sebanyak empat ratus jilid, Bada’i Fawaid dan al-Fawaid oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, at-Tadzkirah oleh al-Kindi dalam lima puluh jilid, Majma’ Fawaid wa Manba’ Faraid oleh al-Miqrizi sebanyak seratus jilid, Tadzkirah Suyuthi sebanyak lima puluh jilid, dan masih banyak lagi lainnya.
BEBERAPA MASALAH TENTANG AL-FAWAID
Untuk melengkapi bahasan ini ada beberapa permasalahan penting yang perlu untuk diperhatikan bersama seputar maslah fawaid sebagai berikut:
1. Jangan Meremehkan Faedah
Jangan sekali-kali menganggap sepele sebuah faedah, karena satu faedah diremehkan…kemudian diremehkan…kemudian diremehkan; kalau dikumpulkan maka akan terkumpul banyak sekali.
Imam Nawawi rahimahullah menasehatkan kepada para penuntut ilmuagar mencatat hal-hal berharga yang dia peroleh ketika menelaah kitab ataupun mendengar dari seorang guru: “Janganlah dia meremehkan suatu faedah yang dia dapatkan atau dengar dalam bidang apa pun, tetapi hendakna dia segera mencatat dan sering berulang-ulang membaca kembali catatannya.”
Beliau juga menasehatkan: “Janganlah dia menunda untuk mencatat sebuah faedah sekalipun dia menganggapnya mudah, sebab betapa banyak kecacatan dikarenakan menunda, apalagi di waktu lain dia akan mendapatkan ilmu baru lagi.” (AL-Majmu’, 1/38-39)
Sebuah nasehat yang sangat berharga dari Imam Nawawi rahimahullah. Peganglah erat-erat nasehat ini niscaya engkau akan mendapatkan manfaat yang besar. Sungguh, betapa banyak di antara kita yang kecewa dan mengeluh karena dia tidak mencatat ilmu yang dia peroleh atau hanya berpedoman pada hafalannya saja, tetapi hafalannya pun pudar tidak dapat membantunya.
Coba bayangkan, orang seperti al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah yang dikenal sebagai ulama kondang saja, beliau pernah kecewa karena tidak mencatat sebagian faedah dalam bidang tafsir (lihat al-Jawahir wa ad-Durar, as-Sakawi, 2/611). Lantas bagaimana kiranya dengan kita??
2. Jangan Sembunyikan Faedah
Terkadang terlontar sebuah permasalahan di suatu majelis sesama penuntut ilmu atau sesama kawan sendiri, sedangkan engkau tahu jawabannya yang seandainya mereka mendengarnya darimu niscaya akan memperoleh faedah yang sangat banyak. Namun terkadang setan membisikkan kepadamu: “Kalau kamu sampaikan ilmu ini, niscaya mereka akan tahu dan menukilnya kepada manusia tetapi kebaikanmu tidak disebut sama sekali.”
Saudaraku, lemparkanlah jauh-jauh bisikan setan ini, sebab orang seperti ini tidak akan barokah ilmunya, dan kamu tahu sendiri ancaman bagi orang yang menyembunyikan ilmu. Keluarkanlah faedahmu dengan segera, semoga Allah melipat-gandakan pahala bagimu. (Ma’alim fi Thalabi Ilmi, Abdul Aizi as-Sadhan, hlm. 290)
3. Sandarkan Kepada Ahlinya
Dahulu dikatakan: “Termasuk keberkahan ilmu ialah engkau menyandarkannya kepada ahlinya.” (Bustanul Arifin, hlm. 29, an-Nawawi).
Apabila ada seorang yang memberikan faedah kepadamu
berupa ilmu maka banyaklah terima kasih padanya selama-lamanya
Katakanlah: Semoga Allah membalas si fulan dengan kebaikan
Karena dia telah memberiku faedah, tinggalkan kesombongan dan kedengkian.
Terkadang kita mendapatkan sebuah faedah berharga dari seorang kawan yang telah bersusah payah mendapatkannya, tetapi setelah itu kita menasabkannya kepada diri kita sendiri tanpa mengingat jerih payah saudara kita. Jangan, sekali-kali jangan, hindarilah perangai jelek ini. Hargailah jasa orang lain padamu, semoga Allah memberkahi ilmumu.
4. Jangan Lupa Muraja’ah
Apabila anda telah memiliki buku yang menghimpun masalah-masalah penting ini, maka seringlah anda membacanya berkali-kali, baik dengan diajarkan kepada orang lain secara lisan maupun tulisan, atau sekedar dibaca sendiri; karena ilmu apabila tidak sering diulang-ulang maka lambat laun akan pudar dari ingatan.
Diceritakan oleh Ibnul Jauzi rahimahullah dalam al-Hatstsu ’ala Hifzhi Kitab hal. 21 bahwa ada seorang alim yang mengulang-ulang pelajaran di rumahnya berkali-kali. Seorang nenek tua akhirnya berkomentar: “Demi Allah, aku telah menghafalnya.” Sang alim pun menyuruh nenek tadi supaya mengulanginya dan dia pun dapat mengulanginya. Setelah beberapa hari kemudian, sang alim berkata kepada nenek tadi: “Nek, coba ulangi pelajaran waktu itu.” SI nenek menjawab: “Kalau sekarang ya saya sudah lupa.” Sang alim berkata: “Saya selalu mengulang hafalanku berkali-kali agar tidak menimpaku apa yang telah menimpamu.”
Akhirul Kalam
Saudaraku, perjalanan menimba ilmu begitu panjang, sebagaimana kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Dua orang yang bersemangat tidak pernah kenyang: penuntut ilmu dan pemburu dunia.” (Shahih al-Jami’, 5/374)
Sebagian ulama mengatakan: “Penuntut ilmu hadits bersama tinta hingga ke liang kuburan.”
Pernah dikatakan kepada Imam Ibnu Mubarak rahimahullah: “Seandainya saja engkau dihidupkan kembali setelah mati, apa yang ingin kamu lakukan?” Beliau menjawab: “Aku akan menuntut ilmu hingga malaikat maut mencabut nyawa untuk kedua kalinya.”
Oleh karena itu, bersemangatlah wahai saudaraku – semoga Allah menjagamu – untuk menambah bekal ilmu dan jangan pernah sekali-kali meninggalkan ilmu. (Ma’alim fi Thalabi Ilmi, Abdul Aziz as-Sadhan, hlm. 322). Wallahu A’lam
Ditulis oleh: Ustadz Abu Ubaidah al-Atsari.
Dikutip dari Majalah Al-Furqan, Edisi 1 tahun 6, Sya’ban 1427 H (September 2006)
dikutip lagi dari website : http://abuzuhriy.com/al-fawaid/

Friday, 5 July 2013

gendong aku sampai ajalku tiba




Suatu malam ketika aku kembali ke rumah, istriku menghidangkan makan malam untukku. Sambil memegang tangannya aku berkata, "Saya ingin mengatakan sesuatu kepadamu." Istriku lalu duduk di samping sambil menemaniku menikmati makan malam dengan tenang. Tiba-tiba aku tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Kata-kata rasanya berat keluar dari mulutku.

Aku ingin sebuah perceraian di antara kami, karena itu aku beranikan diriku. Nampaknya dia tidak terganggu sama sekali dengan pembicaraanku, dia malah balik bertanya kepadaku dengan tenang, "Mengapa?" Aku menolak menjawabnya, ini membuatnya sungguh marah kepadaku. Malam itu kami tidak saling bertegur sapa. Dia terus menangis dan menangis. Aku tahu bahwa dia ingin tahu alasan di balik keinginanku untuk bercerai.


Dengan sebuah rasa bersalah yang dalam, aku membuat sebuah pernyataan persetujuan untuk bercerai dan dia dapat memiliki rumah kami, mobil, dan 30% dari keuntungan perusahaan kami. Dia sungguh marah dan merobek kertas itu. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya bersamaku itu telah menjadi orang yang asing di hatiku. Aku minta maaf kepadanya karena dia telah membuang waktunya 10 tahun bersamaku, untuk semua usaha dan energi yang diberikan kepadaku, tapi aku tidak dapat menarik kembali apa yang telah kukatakan kepada Jane, wanita simpananku, bahwa aku sungguh mencintainya. Istriku menangis lagi. Bagiku tangisannya sekarang tidak berarti apa-apa lagi. Keinginanku untuk bercerai telah bulat.

Hari berikutnya, ketika aku kembali ke rumah sedikit larut, kutemukan dia sedang menulis sesuatu di atas meja di ruang tidur kami. Aku tidak makan malam tapi langsung pergi tidur karena ngantuk yang tak tertahankan akibat rasa capai sesudah seharian bertemu dengan Jane. Ketika terbangun, kulihat dia masih duduk di samping meja itu sambil melanjutkan tulisannya. Aku tidak menghiraukannya dan kembali meneruskan tidurku.

Pagi harinya, dia menyerahkan syarat-syarat perceraian yang telah ditulisnya sejak semalam kepadaku. Dia tidak menginginkan sesuatupun dariku, tetapi hanya membutuhkan waktu sebulan sebelum perceraian. Dia memintaku dalam sebulan itu, kami berdua harus berjuang untuk hidup normal layaknya suami istri. Alasannya sangat sederhana. Putra kami akan menjalani ujian dalam bulan itu sehingga dia tidak ingin mengganggunya dengan rencana perceraian kami. Selain itu, dia juga meminta agar aku harus menggendongnya sambil mengenang kembali saat pesta pernikahan kami. Dia memintaku untuk menggendongnya selama sebulan itu dari kamar tidur sampai muka depan pintu setiap pagi.

Aku pikir dia sudah gila. Akan tetapi, biarlah kucoba untuk membuat hari-hari terakhir kami menjadi indah demi perceraian yang kuinginkan, aku pun menyetujui syarat-syarat yang dia berikan. Aku menceritakan kepada Jane tentang hal itu. Jane tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Terserah saja apa yang menjadi tuntutannya tapi yang pasti dia akan menghadapi perceraian yang telah kita rencanakan," kata Jane.

Ada rasa kaku saat menggendongnya untuk pertama kali, karena kami memang tak pernah lagi melakukan hubungan suami istri belakangan ini. Putra kami melihatnya dan bertepuk tangan di belakang kami. "Wow, papa sedang menggendong mama." Sambil memelukku dengan erat, istriku berkata, "Jangan beritahukan perceraian ini kepada putra kita." Aku menurunkannya di depan pintu. Dia lalu pergi ke depan rumah untuk menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerjanya, sedangkan aku mengendarai mobil sendirian ke kantorku.

Pada hari kedua, kami berdua melakukannya dengan lebih mudah. Dia merapat melekat erat di dadaku. Aku dapat mencium dan merasakan keharuman tubuhnya. Aku menyadari bahwa aku tidak memperhatikan wanita ini dengan seksama untuk waktu yang agak lama. Aku menyadari bahwa dia tidak muda seperti dulu lagi, ada bintik-bintik kecil di wajahnya, rambutnya pun sudah mulai beruban. Namun entah kenapa, hal itu membuatku mengingat bagaimana pernikahan kami dulu.

Pada hari keempat, ketika aku menggendongnya, aku mulai merasakan kedekatan. Inilah wanita yang telah memberi dan mengorbankan 10 tahun kehidupannya untukku. Pada hari keenam dan ketujuh, aku mulai menyadari bahwa kedekatan kami sebagai suami istri mulai tumbuh kembali di hatiku. Aku tentu tidak mengatakan perasaan ini kepada Jane.

Suatu hari, aku memperhatikan dia sedang memilih pakaian yang hendak dia kenakan. Dia mencoba beberapa darinya tapi tidak menemukan satu pun yang cocok untuknya. Dia sedikit mengeluh, "Semua pakaianku terasa terlalu besar untuk tubuhku sekarang." Aku mulai menyadari bahwa dia semakin kurus dan itulah sebabnya kenapa aku dapat dengan mudah menggendongnya. Aku menyadari bahwa dia telah memendam banyak luka dan kepahitan hidup di hatinya. Aku lalu mengulurkan tanganku dan menyentuh kepalanya.

Tiba-tiba putra kami muncul dan berkata," Papa, sekarang saatnya untuk menggendong dan membawa mama." Bagi putraku, melihatku menggendong dan membawa mamanya menjadi peristiwa yang penting dalam hidupnya. Istriku mendekati putra kami dan memeluk erat tubuhnya penuh keharuan. Aku memalingkan wajahku dari peristiwa yang bisa mempengaruhi dan mengubah keputusanku untuk bercerai.

Aku lalu mengangkatnya dengan kedua tanganku, berjalan dari kamar tidur kami, melalui ruang santai sampai ke pintu depan. Tangannya melingkar erat di leherku dengan lembut dan sangat romantis layaknya suami istri yang harmonis. Aku pun memeluk erat tubuhnya, seperti momen hari pernikahan kami 10 tahun yang lalu. Akan tetapi tubuhnya yang sekarang ringan membuatku sedih.

Pada hari terakhir, aku menggendongnya dengan kedua lenganku. Aku susah bergerak meski cuma selangkah ke depan. Putra kami telah pergi ke sekolah. Aku memeluknya erat sambil berkata, "Aku tidak pernah memperhatikan selama ini hidup pernikahan kita telah kehilangan keintiman satu dengan yang lain."

Aku mengendarai sendiri kendaraan ke kantorku, mampir ke tempat Jane. Melompat keluar dari mobilku tanpa mengunci pintunya. Begitu cepatnya karena aku takut jangan sampai ada sesuatu yang membuatku mengubah pikiranku. Aku naik ke lantai atas. Jane membuka pintu dan aku langsung berkata padanya. "Maaf Jane, aku tidak ingin menceraikan istriku."

Jane memandangku penuh tanda tanya bercampur keheranan dan kemudian menyentuh dahiku dengan jarinya. Aku mengelak dan berkata, "Maaf Jane, aku tidak akan bercerai. Hidup perkawinanku terasa membosankan karena dia dan aku tidak memaknai setiap momen kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai satu sama lain. Sekarang aku menyadari sejak aku menggendongnya sebagai syaratnya itu, aku ingin terus menggendongnya sampai hari kematian kami." 

Jane sangat kaget mendengar jawabanku. Dia menamparku dan kemudian membanting pintu dengan keras. Aku tidak menghiraukannya. Aku menuruni tangga dan mengendarai mobilku pergi menjauhinya. Aku singgah di sebuah toko bunga di sepanjang jalan itu, aku memesan bunga untuk istriku. Gadis penjual bunga bertanya apa yang harus kutulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis, "Aku akan menggendongmu setiap pagi sampai kematian menjemput."

Petang hari ketika aku tiba di rumah, dengan bunga di tanganku, sebuah senyum menghias wajahku. Aku berlari hanya untuk bertemu dengan istriku dan menyerahkan bunga itu sambil merangkulnya untuk memulai sesuatu yang baru dalam perkawinan kami. Tapi apa yang kutemukan? Istriku telah meninggal di atas tempat tidur yang telah kami tempati bersama 10 tahun pernikahan kami.

Aku baru tahu kalau istriku selama ini berjuang melawan kanker ganas yang telah menyerangnya berbulan-bulan tanpa pengetahuanku karena kesibukanku menjalin hubungan asmara dengan Jane. Istriku tahu bahwa dia akan meninggal dalam waktu yang relatif singkat. Meskipun begitu, dia ingin menyelamatkanku dari pandangan negatif yang mungkin lahir dari putra kami karena aku menginginkan perceraian, karena reaksi kebodohanku sebagai seorang suami dan ayah, untuk menceraikan wanita yang telah berkorban selama sepuluh tahun yang mempertahankan pernikahan kami dan demi putra kami.

Betapa berharganya sebuah pernikahan saat kita bisa melihat atau mengingat apa yang membuatnya berharga. Ingat ketika dulu perjuangan yang harus dilakukan, ingat tentang kejadian-kejadian yang telah terjadi di antara kalian, ingat juga tentang janji pernikahan yang telah dikatakan. Semuanya itu harusnya hanya berakhir saat maut memisahkan.

------------------

Sekecil apapun dari peristiwa atau hal dalam hidup sangat mempengaruhi hubungan kita. Itu bukan tergantung pada uang di bank, mobil atau kekayaan apapun namanya. Semuanya ini bisa menciptakan peluang untuk menggapai kebahagiaan tapi sangat pasti bahwa mereka tidak bisa memberikan kebahagiaan itu dari diri mereka sendiri. Suami-istrilah yang harus saling memberi demi kebahagiaan itu.

Karena itu, selalu dan selamanya jadilah teman bagi pasanganmu dan buatlah hal-hal yang kecil untuknya yang dapat membangun dan memperkuat hubungan dan keakraban di dalam hidup perkawinanmu. Milikilah sebuah perkawinan yang bahagia. Kamu pasti bisa mendapatkannya. 

Jika engkau tidak ingin berbagi cerita ini, pasti tidak akan terjadi sesuatu padamu di hari-hari hidupmu.

Akan tetapi, jika engkau mau berbagi cerita ini kepada saudara, sahabat atau kenalanmu. Maka ada kemungkinan, engkau dapat menyelamatkan perkawinan orang lain, terutama mereka yang sedang mengalami masalah dalam pernikahan mereka. Semoga demikianlah adanya.



Dikutip dari berbagai sumber

obat lansoprazole 30 Mg

Obat Generik : 

Lansoprazole

Obat Bermerek : 

Betalans, Compraz, Digest, Gastrolan, Inhipraz, Lancid, Lanpracid, Lanvell, Lapraz, Laproton, Lasgan, Laz, Loprezol, Nufaprazol, Prazotec, Prosogan FD, Protica, Pysolan, Solans, Sopralan, Ulceran.

KOMPOSISI

Tiap kapsul mengandung Lansoprazole pellet yang setara dengan Lansoprazole 30 mg.

FARMAKOLOGI

Lansoprazole adalah inhibitor sekresi asam lambung yang efektif. Lansoprazole secara efektif menghambat (H+/K+)ATPase (pompa proton) dari sel parietal mukosa lambung.

CARA KERJA OBAT :

  • Lansoprazole   adalah   suatu   penghambat   sekresi   asam lambung.
  • Lansoprazole secara spesifik menghambat (H7K*) ATP ase (proton pump) pada sel parietal sel mukosa lambung.
  • Lansoprazole diabsorpsi dengan cepat, mencapai kadar serum puncak dalam 90 menit. Lansoprazole menunjukkan bioavailabilitas (80-90%) pada pemberian dosis pertama, sehingga efek penghambatan sekresi asam segera tercapai.Pada pemberian dosis tunggal 30 mg dapat menghambat stimulasi sekresi asam kira-kira 80%.

INDIKASI 

  • Ulkus duodenum,
  • Benign ulkus gaster,
  • Refluks esofagitis.

KONTRAINDIKASI

Lansoprazole jangan diberikan kepada pasien yang hipersensitif atau alergi terhadap lansoprazole.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

  • Ulkus duodenum : Lansoprazole 30 mg, sekali sehari selama 4 minggu.
  • Benign ulkus gaster : Lansoprazole 30 mg, sekali sehari selama 8 minggu.
  • Reflux esofagitis : Lansoprazole 30 mg, sekali sehari selama 4 minggu.

Cara Pemberian

  • Lansoprazole diberikan sekali sehari. Untuk mencapai efek penghambatan asam yang optimal dan kesembuhan yang cepat dan hilangnya gejala-gejala, Lansoprazole sebaiknya diberikan pagi hari sebelum makan.
  • Kapsul harus langsung ditelan, tidak boleh digerus atau dikunyah.
  • Pengobatan jangka panjang dengan Lansoprazole tidak dianjurkan pada saat ini karena pengalaman klinis terbatas.
  • Orang tua : tidak perlu penyesuaian dosis lansoprazole. Dosis 30 mg sekali sehari.
  • Anak-anak : tidak ada pengalaman pemberian Lansoprazole pada anak-anak.
  • Lansoprazole pada dasarnya dimetabolisme di hati. Penelitian klinis pasien dengan penyakit hati, menunjukkan bahwa metabolisme Lansoprazole diperpanjang pada pasien-pasien dengan gangguan fungsi hati yang berat tetapi tidak perlu adanya penyesuaian dosis, dosis tidak boleh melebihi 30 mg sehari.

EFEK SAMPING

  • Selama penelitian klinis, kadang-kadang dapat terjadi efek samping : sakit kepala, diare, nyeri abdomen, dispepsia, nausea, vomitus, mulut kering, konstipasi, flatulens, pusing, lelah, ruam kulit, urtikaria, pruritus.
  • Terjadinya kenaikan nilai tes fungsi hati yang bersifat sementara dan akan normal kembali. Tidak diketahui hubungannya dengan terapi Lansoprazole.
  • Kadang-kadang dapat terjadi : arthralgia, edema perifer dan depresi.
  • Perubahan angka hematologis seperti trombositopenia, eosinofilia, leukopenia, walaupun jarang, pernah dilaporkan.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

  • Seperti umumnya pada pengobatan dengan antiulkus, kemungkinan keganasan harus disingkirkan bila dicurigai ulkus gaster karena pemberian obat akan meredakan gejala-gejala dan memperlambat diagnosa.
  • Penggunaan Lansoprazole pada wanita hamil dan menyusui : Belum ada data yang cukup tentang penggunaan Lansoprazole pada wanita hamil, sehingga pemberian Lansoprazole pada wanita hamil dan wanita yang diduga hamil sebaiknya dihindari. Pada percobaan binatang, Lansoprazole tidak terdapat efek teratogenik. Penelitian reproduksi pada tikus dan kelinci dengan Lansoprazole dosis tinggi sedikit menurunkan angka kehidupan dan berat badan pada hewan tersebut. Pada percobaan binatang, Lansoprazole dikeluarkan lewat air susu. Tidak ada informasi mengenai sekresi Lansoprazole pada air susu ibu. Menyusui harus dihentikan apabila benar-benar dianggap perlu menggunakan Lansoprazole.

INTERAKSI OBAT

  • Lansoprazole dimetabolisme di hati dan merupakan penginduksi yang lemah dari cytochrome P450. Oleh sebab itu ada kemungkinan interaksi dengan obat-obat yang dimetabolisme di hati.
  • Terutama harus hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan obat-obat kontrasepsi oral dan preparat seperti fenitoin, teofilin, atau warfarin.
  • Tidak menimbulkan efek klinis yang bermakna dengan obat-obat antiinflamasi nonsteroid atau diazepam.
  • Antasida dan sukralfat akan mengurangi bioavaibilitas Lansoprazole dan jangan diberikan antara satu jam setalah makan Lansoprazole.

KEMASAN

Lansoprazole, Dus, 2 blister @ 10 kapsul.

Tuesday, 2 July 2013

10 TIPS MENGHAPUS PERASAAN SAMA MANTAN

Susah banget buat melupkan perasaan kita ke mantan. Pasti kita kepengin menengok SMS lama yang dia kirim dan kepo sama akun media sosialnya. Duh, itu sih enggak sehat namanya. Kita enggak bisa move on dan terperangkap sama perasaan patah hati. Tetapkan pendirian dan lupain mantan yang sudah ninggalin kita!

Alasan
Ingat apa alasan kita mengakhiri hubungan sama dia. Kita sudah enggak mungkin menjalani hubungan sama dia lagi, soalnya keputusan sudah bulat. Jujur sama diri sendiri, girls.

Don't take calls
Ingat sama hal ini, just a little taste will bring back goos memories. Enggak usah menelepon atau pun menerima telepon dari dia sampai perasaan kita kembali seperti semula.

Jangan balas SMS
Sama kayak tip nomor dua, hal ini juga enggak boleh dilakukan. Buat membantu kita menguatkan pendirian, kita boleh mengganti nama kontaknya jadi 'Do Not Answer' atau semacamnya sementara waktu.

Hindari projek bareng
Kamu dan dia sempat punya projek bareng dan pernah janji buat melakukan sesuatu di masa depan? Semua itu sudah enggak berlaku lagi, girls. Kita perlu orang baru buat melakukan projek-projek baru juga.

Guard your heart from offense
Batasi percakapan kita sama orang-orang yang secara personal bernasib sama dengan kita. Percakapan itu bakalan jadi obrolan menyedihkan dari cewek-cewek patah hati. Big No!

Get going
Sibukkan diri kita sama hal-hal yang kita nikmati. Pelajari hobi baru dan gabung sama orang-orang yang punya kesukaan sama dengan kita.

Banyak berdoa
Kalau kita enggak punya lagi orang yang paling dekat sama kita, masih ada Tuhan yang selalu nemenin kita kemana pun kita pergi. Enggak ada salahnya kita memperbanyak ibadah, lho.

Waktu kamu enggak tahan lagi...
Kamu enggak tahan lagi menjalani proses move on ini? Kuatkan diri kamu dan ingat lagi kenapa dia mutusin kita. Toh, dia bukan satu-satunya cowok yang ada di dunia ini.

Stick with it
Meskipun kita selalu kepikiran buat mengangkat telepon dari dia, ingatkan diri kita buat merelakan dia. Membiarkan cinta pergi memang sakit, tapi kalau sudah lepas kita bakal merasakan kebahagiaan lagi.

Minta dukungan
Bilang sama sahabat kita buat membantu mengingatkan soal hal-hal tadi. Kita juga bisa cerita sama dia kalau mengalami masa sulit selama menjalankan proses ini.

Semoga berhasil, girls. Cups!
sumber kawanku...